Friday, April 29, 2016

"Kartini" di Era Modern


Mengenang Kembali Perjuangan
Perempuan di Abad Modern
"KARTINI, Simbol sekaligus Pioneer Ruang Kebebasan
dan Kesamaan sebagai Warga Sipil dalam Sebuah Negara yang Berdaulat"
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Tokyo, 21 April 2016
PPI Waseda

"Kartini" di era modern yang lahir di bumi pertiwi Indonesia


Sri Mulyani Indrawati
Direktuk Pelaksana Bank Dunia

Susi Pudjiastuti
Menteri Kelatuan dan Perikanan Republik Indonesia

Yohana Yembise
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia

Dan tentu saja masih banyak lagi wanita-wanita berbakat yang patut kita teladani. Selamat Hari Kartini, Indonesia!

Admin

Thursday, April 21, 2016

PENGURUS PPI WASEDA 2015/2016


PENGURUS PPI WASEDA 2015/2016
WASEDA UNIVERSITY

Ketua

Sigit Candra Wiranata Kusuma
Candidate of Master of International Relation GSAPS


Sekretaris Jenderal

Ade Noviyanti Nasution
Candidate of Master of International Development GSAPS


Bendahara Umum dan Administratif

Anisa Shafiyya Harnantyari
Candidate of Bachelor of Civil & Environmental Engineering

Amanda Audira Wirinhayu
Candidate of Bachelor of Political Science & Economics


Tim Humas, Promosi, Seni dan Budaya

Brileon Agusnatan
Candidate of Bachelor of Civil & Environmental Engineering
Candidate of Bachelor of Computer Science & Engineering


Steen Cahya Limuel
Candidate of Bachelor of School of International Liberal Studies
Tim Pendidikan dan Alumni

Destin Nurafiati Ristanti
Candidate of Master of International Relation GSAPS

Danny Harjowinoto
Candidate of Bachelor of Applied Chemistry

Fara Mariyah Djuchri
Candidate of Bachelor of Political Science & Economy

Indonesia Culture Cafe 2016


Kamis, 14 April 2016 lalu PPI Waseda bekerja sama dengan International Comunity Center (ICC) Waseda berhasil menyelenggarakan acara dengan tema Indonesia Culture Cafe 2016 yang dihadiri oleh lebih dari 200 orang peserta! Peserta yang hadir pun beragam, tidak hanya mahasiswa mahasiswi Jepang di Universitas Waseda saja, tetapi juga pelajar asing dari dalam universitas Waseda dan universitas-universitas yang lain.

Dalam acara Indonesia Culture Cafe 2016 ini, para pelajar Indonesia di Waseda yang tergabung dalam PPI Waseda menyajikan presentasi kebudayaan dan pariwisata Indonesia, fashion show pakaian daerah, dan tentu saja jajanan-jajanan khas Indonesia yang terkenal lezat.

PPI Waseda berterimakasih atas kerjasama oleh ICC Waseda dan para pengunjung Indonesia Culture Cafe 2016. Nantikan event-event berikutnya dari PPI Waseda ya!



Admin

Sunday, April 10, 2016

Berani Bermimpi, Berani Melangkah, Terus Berdoa


Hampir setiap manusia memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda. Namun demikian, ketika terselip keinginan dan keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu, sebenarnya sudah tersedia jalan untuk mendapatkannya. Tentu, hasil akhir dari sebuah keinginan tidak mudah dan instan untuk diperoleh. Hal tersebut membutuhkan waktu yang bervariasi, tergantung seberapa besar kerja keras yang sudah dilakukan. Ketika kerja keras sudah dilakukan berkali–kali namun ternyata mengalami kegagalan, bukan berarti kita dijauhkan dari keberhasilan dan kesuksesan di masa depan. Justru, dari pengalaman ”gagal”, kita bisa mengetahui apa saja yang perlu diperbaiki untuk mencapai yang diinginkan. Selama masa–masa sulit, mungkin muncul pemikiran negatif dan putus asa. Namun, yang seharusnya kita lakukan adalah tetap percaya diri dan jangan sampai melepas mimpi.
Berawal dari mimpi, saat ini, ternyata saya benar–benar merasakan dan menjalani hidup di luar analisa logis. Melanjutkan studi sampai jenjang Ph.D di negara maju seperti USA, Inggris, Australia, Eropa, Jepang, dan Korea Selatan adalah mimpi saya. Setelah hampir 10 kali mendaftar full scholarship dalam rentang dua tahun, akhirnya hal tak terduga datang juga. Ternyata, keluh dan kesah yang dirasakan hampir setiap manusia bukanlah hal yang perlu diperhitungkan, tetapi hal yang memerlukan kesabaran. Ketika saya dengan sabar menunggu dan memegang erat sebuah mimpi, akhirnya saya mampu melewati sebuah masa yang dianggap sulit dan tidak mampu terlewati.
Perlu dipahami pula, bahwa Allah tidak pernah menguji seseorang di luar batas kemampuannya. Allah tidak akan menguji orang yang derajat dan kemampuannya rendah dengan ujian yang berat. Sebaliknya, Allah tak akan menguji orang yang derajatnya tinggi dengan ujian yang ringan.

“Allah tidak akan memberikan beban (taklif) kepada seseorang di luar batas kemampuannya.” (QS. Al Baqarah: 286)

Saya sangat terkejut dan bahagia tanpa batas melihat pengumuman aplikasi Master program yang saya ajukan dinyatakan diterima dan berlanjut dengan hasil ujian beasiswa yang dinyatakan lulus sebagai penerima beasiswa “MONBUKAGAKUSHO” dari Pemerintah Jepang. Sungguh detik–detik yang tidak akan pernah lenyap sampai hari tua nanti. Mimpi yang tertulis dalam selembar kertas dan tidak pernah tersembunyi dalam pikiran sekarang benar-benar menjadi kenyataan bagi saya yang mungkin belum bisa dipercaya sampai saat ini.
Beragam pertanyaan dari teman–teman di sekeliling saya hampir saya jawab dengan harapan bisa memberikan angin segar kepada mereka yang mau melanjutkan studi di Jepang tanpa memiliki keahlian bahasa Jepang, karena saat ini, ada sekitar 30 Universitas di Jepang yang melakukan internasionalisasi pendidikan, di antaranya dengan membuka program studi dalam bahasa Inggris seperti Waseda University.

“Berdasarkan pengalaman, saya mematahkan sebuah doktrin yang telah mengakar dalam pemikiran generasi muda Indonesia selama puluhan tahun bahwa belajar di Negeri Sakura harus bisa Bahasa Jepang. Sekarang, terbukti bahwa hal itu TIDAK BENAR.

Setelah bergerak satu langkah lebih maju dan tetap percaya diri, akhirnya saya pindah ke Jepang, tepatnya pada 9 September 2015. Saya belajar di salah satu Universitas di Jepang, yaitu Universitas Waseda di Tokyo, dengan program studi Master of International Relations kajian ASEAN. Belajar di lingkungan internasional hampir selalu penuh dengan tantangan setiap harinya, seperti harus membaca tulisan ilmiah dan membuat review jurnal sebelum mengikuti perkuliahan. Diskusi dan debat adalah hal yang menarik karena menambah wawasan baru dan membuka pemikiran lebih terbuka akan kemajuan dunia moderen saat ini. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan pernyataan sepihak untuk bisa lebih baik di masa depan, di antaranya melalui dunia pendidikan.

Oleh: Sigit Candra Wiranata Kusuma

Renungan Penghujung Sore


Ada yang bilang bahwa Jepang adalah negara yang sangat nyaman untuk ditinggali. Negara yang dalam jari-jemarinya terlintas kereta api dan bus-bus umum.
Dalam rentangan tangannya, terlintas jalan raya sampai ke pelosok desa.
Menyerupai pembulu darah manusia, menghubungi semua organ di tubuh dengan aneka ragam transportasi.
Seakan dirinya tahu bahwa manusia senang berpergian dan beraktivitas.

Ada juga yang bilang bahwa Jepang adalah negara yang berkebudayaan tinggi, toleran terhadap sesama.
Walau penduduknya homogen, seakan tidak miskinlah pengalamannya memberi warna pada arti kata toleransi.
Toleransi pada yang lebih tua. Toleransi pada wanita. Toleransi pada agama. Pun toleransi pada warga asing.
Seakan dirinya mengerti bahwa manusia senang diperlakukan baik oleh sesama.

Ada juga yang bilang bahwa Jepang teknologinya nomor satu. Dari robot yang bisa melantunkan lagu-lagu klasik dengan piano, tenaga nuklir, dan teknik daur ulang dalam dunia persampahan.
Seakan dirinya sadar bahwa manusia tak akan bisa bertahan di bumi tanpa teknologi yang mencukupi.

Namun, saya pikir tanah Jepangpun tak tahu.
Namun, saya pikir udara Jepangpun tak mengerti.
Namun, saya pikir air Jepangpun tak sadar.
Adalah manusianya yang melakukan ini semua!
Merancang dan membangun alat transportasi dan infrastruktur.
Menanam dan mengajar budaya toleransi lintas generasi.
Menganalisa dan mengembangkan teknologi.

Aku beruntung!

Aku beruntung karena sebenarnya Jepang itu maju karena manusianya.
Tidak ada mineral khusus di tanah Jepang yang menyebabkan Jepang itu maju adanya.
Tidak ada substansi khusus di udara Jepang yang menyebabkan Jepang itu intelek adanya.
Tidak ada elemen khusus di udara Jepang yang menyebabkan Jepang itu terdepan adanya.

Manusianya sama kok spesiesnya dengan manusia Indonesia.
Yang kita butuhkan adalah kesadaran dan tak malu untuk meniru Jepang.
Yang kita butuhkan adalah semangat untuk mengambil kebaikan Jepang.
Yang kita butuhkan adalah asa dan niat untuk menebarkan bibit-bibit Jepang.

Kebanyakan dari kita, beruntung bisa menuntut ilmu di Jepang.
Kebanyakan dari kita pula, mengagumi Jepang dengan sangat.

Namun, yang kita sering lupa adalah, syarat utama dari seseorang mengagumi sesuatu itu adalah bahwa seseorang itu harus skeptislah pula.
Sebagai manusia, sering kita mengagumi sesuatu dan membanding-bandingkannya dengan sesuatu yang lebih buruk, atau tidak sebaik dengan sesuatu yang pertama itu.
Namun, sebagai mahasiswa, saya mengajak anda untuk mengambil langkah tambahan.
Setelah mengagumi dan membandingkan, ada baiknya apabila kita cari letak kesalahan dari yang tidak baik itu dan mulai mencari solusi tentang bagaimana memperbaiki yang tidak baik itu agar menjadi lebih baik.

Dengan begitu, anda tidak hanya menjadi seorang pengagum yang sempurna, tapi anda juga akan menjadi agen perubahan yang sempurna.
Salam.

Oleh: Ruben Abdulrachman

Belajar di Negeri Sakura Harus Bisa Bahasa Jepang? Doktrin Salah Kaprah!


Ada satu doktrin yang sudah menjadi tradisi, bahkan kepercayaan, bagi generasi muda mahasiswa Indonesia tentang belajar di Jepang. Ya, hampir semua mahasiswa di penjuru kampus Indonesia selalu menyentuh doktrin tersebut dengan pernyataan, “Mau belajar di Jepang? Harus bisa bahasa Jepang dulu dong!"
Ini menjadi kesalahan besar sekaligus memberikan kontribusi negatif dalam sejarah pendidikan sehingga harus dibuang jauh dan dihilangkan untuk generasi berikutnya. Fakta menunjukan bahwa doktrin yang selama ini "terjual" di lingkungan kampus adalah 100% tidak benar. Jawaban tersebut saya buktikan ketika saya bisa diterima di salah satu kampus di Negeri Sakura tanpa memiliki dasar bahasa Jepang (Zero Level Japanese Language). Kampus saya saat ini adalah Waseda University.
Sebenarnya, tidak perlu khawatir dan takut untuk mengenyam pendidikan di universitas yang ada di Jepang. Kampus di Jepang di bawah Kementerian Pendidikan Jepang/MEXT (Ministry of Education, Culture, Sport, Science and Technology) telah membuka beberapa program studi dalam bahasa Inggris melalui proyek “Global 30” di 13 universitas bonafide di Jepang. Untuk detailnya, silahkan lihat peta berikut.
Global 30
Project “Global 30” Universitas di Jepang

Kesempatan besar sebenarnya dimiliki oleh setiap anak manusia yang mau berusaha, bekerja keras, dan berdoa. Di sisi lain, hal mustahil bisa dirasakan setelah mencoba, yang hasilnya ada dua perspektif yaitu gagal atauberhasil. Pengalaman saya selama ini, gagal sebenarnya bukan berarti kita tidak berhasil tetapi perlu ada perubahan, seperti manajemen kegiatan, disiplin waktu, dan perilaku terhadap apapun.
Keberhasilan yang saya dapat untuk bisa belajar di Waseda University jelas tidak mudah dan secara logis memang perlu kerja keras dan semangat juang ’45. Saya sendiri merasa bangga bisa menjadi bagian dari Waseda University, salah satu kampus Bonafit dan bersejarah di Negeri Sakura ini telah melahirkan kurang lebih 8 perdana menteri Jepang, di antaranya adalah Perdana Menteri Okuma Sigenobu yang sebenarnya merupakan pendiri Waseda University.
Banyak sekali yang saya pelajari di lingkungan Kampus. Waseda University menawarkan “International Environment” yang membuat mahasiswa asing merasa nyaman tinggal di Jepang. Saat ini, terdapat 6000 mahasiswa asing di Waseda University yang berasal dari berbagai negara di Eropa, Asia, Amerika, dan Afrika. Semoga ke depan, jumlah mahasiswa Indonesia di Waseda University semakin bertambah.
Oleh: Sigit Candra Wiranata Kusuma