Tuesday, December 27, 2016

Partisipasi PPI WASEDA dalam Ulang Tahun ICC Waseda ke-10


International Community Center atau yang dikenal dengan ICC Sudah berdiri selama bertahun-tahun dan di tahun 2016 ICC  merayakan ulang tahun yang ke-10. Dalam kesempatan ini, PPI Waseda berpartisipasi dalam merayakan ulang tahun ICC. Bertempat di Ono Memorial Hall, 12 Desember 2016, PPI Waseda tampil dengan tarian tradisional khas Pulau Bali dan peragaan busana tradisional Indonesia.  Tarian tradisional yang dibawakan oleh salah satu anggota PPI adalah Tari Cendrawasih dari Pulau Bali. Tarian ini merupakan pembuka acara ulang tahun ICC yang dimulai pukul 17.00 waktu setempat.


Tari  Cendrawasih
Dokumentasi PPI Waseda

Penampilan kedua PPI Waseda adalah peragaan busana atau fashion show pakaian adat bersama dengan perwakilan Negara lain. Dalam kesempatan ini, perwakilan dari PPI Waseda mengenakan pakaian tradisional khas Jawa dan Bali.



Peragaan Busana Daerah
Dokumentasi PPI Waseda


Oleh:  Ni Luh Bayu Purwa Eka Payani
Research Student of Graduate School of Asia Pacific Studies

PPI Waseda - Sosialisasi Universitas di SRIT


Jumat, 16 Desember 2016, PPI Waseda ikut dalam kegiatan sosialisasi Universitas dengan Persatuan Pelajar dari kampus lain di SRIT atas kerja sama PPI KANTO dengan Sekolah Republik Indonesia (SRIT) yang berlokasi di Meguro. Kegiatan tersebut memberikan sedikit gambaran kepada para siswa, terutama yang duduk di bangku SMA, tentang jenjang perkuliahan baik di Jepang maupun di Indonesia.


Dokumentasi PPI KANTO

Acara dibuka dengan sambutan dari Atase Pendidikan Ibu Alinda dan Kepala Sekolah SRIT Ibu Susi. Kemudian dilanjutkan oleh sesi materi oleh PPI Waseda, PPI Takushoku, PPI APU-INA, dan diteruskan dengan materi tentang PTN oleh Mas Lukman, dan terakhir oleh PPI TIU. Menarik untuk dilihat, bahwa jumlah peminat yang ingin melanjutkan sekolah di Jepang dan yang ingin melanjutkan pendidikan di Universitas yang ada di Indonesia hampir sama. Hasil didapatkan oleh survei yang sebelumnya diorganisir oleh PPI Kanto.

Sebagian besar dari mereka yang ingin melanjutkan di Indonesia semuanya bertujuan untuk masuk Universitas negeri, baik melalui jalur SNMPTN maupun jalur SBMPTN.  Karena SRIT berstatus setara dengan SMA negeri, maka pelajar-pelajar di SRIT memiliki kesempatan yang cukup baik untuk bersaing di jenjang SNMPTN. Mengingat sulitnya persaingan di ranah SBMPTN karena tingginya peminat untuk kuliah di PTN, acara tersebut mengadakan sesi khusus tentang penjelasan PTN serta tips dan trik dalam menghadapi kedua jalur masuk PTN tersebut. Kegiatan sosialisasi Universitas yang diselenggarakan di SRIT merupakan sesuatu yang luar biasa bagi PPI Kanto dan pihak sekolah untuk mengadakan kerjasama yang bermanfaat.  Tetapi, menurut saya pribadi masih ada yang dapat ditingkatkan lagi untuk acara seperti ini, tidak hanya di SRIT, tapi mungkin bermanfaat bagi pelajar-pelajar di Indonesia pada umumnya.

Terdapat sebuah persamaan yang bisa ditarik dari mereka yang ingin belajar di Jepang maupun di Indonesia adalah hampir semua dari mereka belum benar - benar mengetahui jurusan apa yang ingin mereka pilih!.  Padahal  pendaftaran Universitas di Jepang (saya disini mengambil contoh Waseda) sudah menutup pendaftaran gelombang pertamanya, dan akan memulai pendaftaran gelombang kedua pada sekitar bulan Februari. Mengingat saya juga baru mengalami  hal yang sama tahun lalu, saya cukup mengerti bahwa memilih jurusan jauh lebih sulit daripada menentukan Universitas yang akan menjadi tujuan studi. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan saat acara berlangsung, sebagian mengenai jurusan seperti, “Jurusan A belajar apa? Kalau lulus dari jurusan B, kita bisa bekerja di bidang apa?.  Dan untungnya perwakilan dari PPI Kanto  dapat memberikan informasi yang cukup kepada para peserta. Disini saya melihat bahwa sebagian besar dari masalah yang dihadapi para calon pendaftar  Universitas adalah tentang jurusan.


Dokumentasi PPI KANTO

Kegiatan terakhir ditutup dengan kata penyemangat oleh Ibu Susi, tentang bagaimana pada akhirnya yang menentukan masa depan siswa adalah semangat siswa itu sendiri, dan untuk selalu terus mengejar mimpi mereka masing-masing. Semoga kegiatan seperti ini dapat dilanjutkan dan ditingkatkan lagi karena sangat bermanfaat bagi pelajar  SRIT yang akan segera memasuki jenjang pendidikan di Universitas.

Oleh:  Alvin Jurianto dan Made Ayu Sayaka

Candidate of Bachelor of School of International Liberal Studies

Thursday, December 15, 2016

PENGURUS PPI WASEDA 2016/2017

PENGURUS PPI WASEDA 2016/2017
WASEDA UNIVERSITY

Ketua
Sigit Candra Wiranata Kusuma
Candidate of Master of International Relation
sigitcandrawiratakusuma89@gmail.com




 Sekretaris Jenderal
Ade Noviyanti Nasution
Candidate of Master of International Development
ade.noviyanti@gmail.com




Bendahara Umum dan Administratif
Dania Wijarnako
Candidate of Master of Business Administration
dania.wie@gmail.com



Steen Cahya Limuel
Candidate of Bachelor of School of International Liberal Studies
steencahya@gmail.com




Tim Humas, Promosi, Seni dan Budaya
Brilleon Agusnatan
Candidate of Bachelor of Civil & Environmental Engineering
brilleon_agusnatan@hotmail.com



Michael Arianto
Candidate of Bachelor of Computer Science & Engineering
arianto_michael@asagi.waseda.jp



Ni Luh Bayu Purwa Eka Payani
Candidate of Master of International Relation
bayupurwaeka@gmail.com




Tim Akademik dan Sosialisasi Internal
Astri Andarini Budiawati
Candidate of Doctor of Philosophy of Applied Chemistry
astri.andarini@gmail.com



Destin Nurafiati Ristanti
Candidate of Master of International Relation
destin_nr@yahoo.com



Danny Harjowinoto
Candidate of Bachelor of Applied Chemistry
dannyharjowinoto@gmail.com




Tim Mudai Waseda
Asep Sugih Nugraha
Candidate of Master of Nano Sciences and Nano Engineering
asep.sugihnugraha@gmail.com



Yudi Adhi Purnama
Candidate of Doctor of Philosophy of International Development Studies
yudisan2016@gmail.com



Fara Mariyah Djuchri
Candidate of Bachelor of Political Science & Economy
djuchrifara@gmail.com




Thursday, December 1, 2016

Mengenang Kembali Hari Pahlawan di Negeri Matahari

Berbicara tentang sejarah Indonesia, tentu tidak lepas dari periode penjajahan Jepang atas Indonesia pada tahun 1942-1945. Masa tersebut merupakan masa kelam dalam sejarah negara Indonesia, khususnya bagi para kakek dan nenek kita yang pada masa itu masih kecil dan mengalami teror penjajahan secara langsung. Seorang kakek yang masih merupakan kerabat saya bahkan masih bisa berkomunikasi dalam bahasa Jepang, karena pada masa itu pribumi wajib mempelajari bahasa jepang, bangsa yang menjuluki dirinya sebagai Cahaya Asia.

Oleh karena catatan sejarah kelam tersebut, saat memutuskan untuk masuk ke program studi Sastra Jepang, saya sempat bimbang akan reaksi nenek dan kakek saya. Akankah mereka menentang, atau bahkan terluka akan pilihan saya tersebut?. Begitu pula saat memutuskan untuk mengikuti program pertukaran di Universitas Waseda. Sempat muncul percikan kecil dalam keluarga. “Untuk apa pergi menuntut ilmu pada bangsa yang membuat leluhur kita dulu menderita?. Apakah saat belajar Sekolah Dasar tidak membaca buku sejarah, tentang bagaimana kejamnya tentara Jepang pada bangsa kita?”

Tanpa bermaksud mengecilkan perjuangan dan pengorbanan para pahlawan kemerdekaan Indonesia, saya mencoba mengubah sisi pandang tersebut. Perang adalah sesuatu yang mengerikan. Tidak peduli siapa yang benar, siapa yang salah, siapa yang menang, siapa yang kalah, pasti akan jatuh korban dari kedua belah pihak. Baik korban jiwa, korban materi, maupun kenangan buruk. Namun, pantaskah kita membalas kekejaman pada suatu bangsa akan suatu kejadian puluhan tahun yang lalu?. Baikkah jika kita bersikap sinis pada suatu generasi akan hal yang dilakukan nenek moyang mereka?.

Bagi saya, jawabannya adalah tidak. Memang perih mengingat pengorbanan seperti apa yang harus dilakukan oleh para pahlawan kemerdekaan kita dahulu, namun dari pada berpegang pada keperihan itu, bukankah lebih baik kita menunjukkan penghargaan kita pada mereka dengan mendidik diri demi memajukan bangsa yang telah susah payah mereka perjuangkan?.

Saat ini hampir 100 orang mahasiswa Indonesia belajar di Universitas Waseda dan akti mengikuti berbagai macam kegiatan dalam rangka membangun hubungan persahabatan Jepang dan Indonesia. Tentu saja tidak hanya di Waseda, namun juga di Universitas Rikkyo, Universitas Chiba, Universitas Kyoto, dan universitas lainnya, serta Sekolah bahasa yang tersebar di seluruh penjuru Jepang. Kegiatan pertukaran pelajar dan kebudayaan kerap diadakan sehingga hubungan persahabatan Indonesia dan Jepang perlahan-lahan terjalin dan ini merupakan bagian dari perjuangan para pahlawan yang memerdekakan bangsa kita sehingga bebas untuk pergi ke negara manapun, bekerja dan belajar dari bangsa manapun.

10 November sebagai hari Pahlawan tidak akan pernah punah dari hati, ingatan dan genggaman tangan generasi muda Indonesia, meskipun kami berada di belahan dunia, negara, dan kota yang jauh dari Bumi Pertiwi. Akan tetapi, semangat untuk membangun nasionalisme akan terus mengalir disetiap denyut nadi dan kemana kaki melangkah, sampai pada akhirnya Indonesia menjadi Bangsa yang beradab, aman, sejahtera dan menjadi tolak ukur bagi bangsa lain.

Gugur pahlawanku, tumbuh tunas bangsaku.



Ditulis oleh: Mutiara Rahmi Utami 
Exchange Student at Graduate School of Japanese Linguistic (GSJAL)