Setelah sekian lama tidak merayakan Hari Kartini, untuk
pertama kalinya saya tidak berada di tanah air tercinta saat Hari Libur
Nasional. Untuk permulaan, saya (sudah pasti) merindukan hari liburnya, namun
terlepas dari itu, tentu karena perjalanan ke kampus tidak diramaikan adik-adik
yang mengenakan pakaian daerah. Jadi sedikit mengingat bagaimana gembiranya
saya ketika pertama kali berpartisipasi dalam drama musikal sekolah untuk
memperingati Hari Kartini.Dengan mengenakan baju tradisional Jawa dan sanggul
yang tidak bertahan hingga 15 menit.
Saya yakin dalam drama musikal tersebut mungkin hampir
semua lakonnya tidak paham mengapa semua ini didedikasikan untuk “Ibu Kita
Kartini”. Selain karena semua lakon masih berusia taman kanak-kanak, juga
karena penjelasan tentang jasa kartini tidak begitu elaboratif. “Kartini memperjuangkan
emansipasi wanita” begitulah yang banyak disampaikan, baik di dalam maupun di
luar ruang kelas. Namun, saya rasa Kartini berhak menerima narasi lebih dari
itu. Memang singkatnya demikian, namun lebih banyak informasi tidak akan
melukai siapapun, bukan?
Siapa itu Kartini? Mengapa hari lahirnya ditetapkan
sebagai hari libur nasional? Mengapa ada lagu wajib nasional tentang beliau?
Raden Ajeng Kartini, lahir sebagai keturunan bangsawan Jawa di tahun 1879, di tengah masa kependudukan Belanda.
Gelar pahlawan nasional tidak diperolehnya karena gugur di medan perang untuk
membela kedaulatan, tidak pula dengan merebut kekuasaan dari tangan penjajah. melainkan,
dengan menulis surat.
Pada usia 12 tahun Kartini dipingit untuk persiapan
menikah. Pada periode tersebutlah Kartini mulai berkirim surat dengan
orang-orang yang aktif dalam gerakan sosialis dan feminis di Eropa. Dalam tulisannya, Kartini menyampaikan
pemikirannya mengenai bagaimana kebudayaan Jawa mempersulit wanita untuk
mengenyam pendidikan lebih tinggi. Beliau membayangkan kelak dunianya dapat
memberdayakan dan memberikan pencerahan terhadap kaum wanita melalui
pendidikan. Setelah Kartini tutup usia di tahun 1904, dengan dukungan Menteri
Kebudayaan Hindia Belanda pada saat itu, perjuangan Kartini membuahkan hasil
ketika “Sekolah Kartini" didirikan, yang
mana menandai peningkatan keterbukaan akses pendidikan bagi perempuan pribumi.
Sedikit diketahui khalayak umum, dalam surat-surat
yang dituliskannya, Kartini telah membicarakan mengenai bangsa, dimana saat itu
konsep kebangsaan itu sendiri belum ada, ketika Indonesia masih jauh dari
kibaran sang saka, lantunan lagu kebangsaan, maupun dasar negara. Budi Utomo
(1908) mungkin memang menjadi gerakan nasionalis resmi pertama di Indonesia,
namun fakta bahwa Kartini telah menorehkan ide-ide mengenai konsepsi tersebut
terlebih dahulu, menunjukkan betapa beliau lebih dari sekedar pahlawan
emansipasi wanita.
Memaknai perjuangan R. A. Kartini pada hari ini, saya
bersyukur dengan segala keunggulan dan keterbatasan saya sebagai perempuan
dalam era persaingan modern. Dampak dari tulisan beliau menghantarkan Bangsa
Indonesia tumbuh menjadi negara yang terus mendukung wanita untuk berprestasi
dibidangnya. Lebih daripada itu, latar belakang kisah perjuangan Kartini dan
fakta-fakta dibaliknya, menunjukkan bahwa Kartini bukan hanya sosok emansipator
kaum hawa, namun juga sosok nasionalis sejati yang mana kegigihan dan
pemikirannya patut menjadi teladan bagi setiap penerus perjuangan pahlawan
bangsa. Baik wanita, maupun pria.
Oleh: Lady Mahendra
Candidate of Master of Arts in International
Culture and Communication Studies