Sunday, May 7, 2017

Indonesian Culture Night 2017


Dokumentasi PPI Waseda

Untuk pertama kalinya sejak saya tiba di Tokyo September 2016, saya mengikuti Malam Budaya Indonesia di Universitas Waseda tangal 20 April 2017. Berhubung saya ini sebenarnya mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang), teman-teman dari Indonesia yang saya temui di Waseda hanyalah teman-teman yang kebetulan sekelas atau teman yang memang telah lama bertemu sejak sebelum saya hengkang ke negeri matahari terbit ini. Maka saya bertekad untuk menghadiri acara ini agar bisa memperluas jejaring pertemanan saya dengan teman-teman sebangsa setanah air sendiri.

Untunglah, salah satu teman saya yang juga adalah mantan dosen saya waktu saya kuliah S1 di Indonesia, ternyata telah tergabung dalam PPI Waseda. Setelah berbincang-bincang dengan beliau, saya pun menawarkan diri untuk membantu di Malam Budaya Indonesia di stand Bahasa Indonesia.

Pertukaran budaya selalu menjadi salah satu minat saya sejak saya masih di Indonesia, dan saya tidaklah 100% awam dalam kegiatan pertukaran budaya, karenanya kegiatan mengajarkan Bahasa Indonesia ke masyarakat asing yang mungkin bahkan belum pernah mendengar bahasa ibu saya sepanjang hidup mereka merupakan sesuatu yang menurut saya sangatlah menarik.

Setelah berbekal kebaya Bali yang diberikan oleh Pekak saya sebelum saya hijrah ke negeri Sakura ini, saya pun menyiapkan diri untuk Malam Budaya Indonesia. Kenalan saya bertambah,  karena saya ditemani oleh mantan dosen saya dan dua teman baru.

Tentu karena ini adalah ajang untuk mempromosikan negeri dan bahasa saya, tentu saya dan teman-teman tidak ingin langsung mengintimidasi para tamu nantinya dengan bahasa Indonesia versi Pujangga Baru atau bahkan Bahasa Indonesia a la Pramoedya Ananta Toer, jadi kami hanya memulai dengan perkenalan yang sederhana dalam bahasa Indonesia formal, semacam, “Selamat malam! Nama saya (nama mereka). Saya dari (asal negara). Salam kenal!”

Dokumentasi PPI Waseda

Meski saya tidaklah asing dengan acara-acara budaya semacam ini di Indonesia, namun ini adalah kali pertama saya mengikuti ajang semacam ini di negeri orang, karenanya saya benar-benar tidak berusaha untuk memprediksi akan menghadapi berapa banyak orang, atau menemui berapa banyak orang asing yang tertarik dengan bahasa ibu saya. Alhasil, saya cukup terkejut mendapati banyaknya tamu yang mendatangi meja kami setelah melihat kartu raksasa bertuliskan perkenalan sederhana dalam bahasa Indonesia tersebut. Percaya atau tidak, mengajar bahasa Indonesia itu susah-susah gampang! Justru karena ini adalah bahasa ibu yang memang wajib saya pelajari sedari kecil, mau tidak mau, maka sebagai orang native, saya tentu jadi lebih tidak perhatian dengan struktur bahasa ibu saya (bahasa Inggris saja mungkin saya jauh lebih fasih!). Tapi saya merasa puas apabila setiap tamu yang datang bisa mengucapkan tiap kata dengan sangat baik, dan memahami arti kata-kata yang kami ajarkan.


Selain itu, hal yang lebih membuat saya terkejut adalah banyaknya orang Jepang yang telah fasih berbahasa Indonesia. Padahal mereka mengaku baru saja belajar selama 6 bulan. Bahkan di kamar kecil seorang gadis Jepang dengan akrab mengajak saya mengobrol dalam bahasa Indonesia yang cukup lancar lantasan beliau melihat saya mengenakan kebaya Bali. Siapa sangka, ternyata beliau bahkan pernah belajar bahasa Indonesia di Ubud (siapa sih yang nggak suka Ubud?)! Saya tiba-tiba merasa malu bahwa saya sudah tinggal di negara mereka selama hampir 7 bulan lamanya dan bahasa Jepang saya masih kalah dengan anak TK. Tapi saya menikmati antusiasme mereka yang terlihat sangat tertarik dengan negara saya. Saya bahkan mengajak salah seorang teman saya yang kebetulan juga orang Jepang untuk ikut menghadiri Malam Budaya Indonesia, meski beliau bukanlah mahasiswi Waseda. Tidak lupa saya juga mengajak satu teman orang Perancis dan juga orang Spanyol. Dan saya senang memperhatikan decak kekaguman mereka akan tiap-tiap pertunjukkan yang mereka tonton dalam acara ini. Seusai acara, saya langsung menanyakan kesan-kesan mereka, dan saya merasakan excitement mereka akan budaya Indonesia yang memanglah bhinneka tunggal ika. Mereka sudah berkali-kali memberitahu saya bahwa mereka sangat ingin mengunjungi Indonesia. Mudah-mudahan saja mereka semakin bertekad sekarang!


Oleh: Dian Asih Laksmi Wijayanti
Master Candidate of International Relation, Graduate School of Asia-Pacific Studies

No comments:

Post a Comment