Sunday, April 10, 2016

Berani Bermimpi, Berani Melangkah, Terus Berdoa


Hampir setiap manusia memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda. Namun demikian, ketika terselip keinginan dan keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu, sebenarnya sudah tersedia jalan untuk mendapatkannya. Tentu, hasil akhir dari sebuah keinginan tidak mudah dan instan untuk diperoleh. Hal tersebut membutuhkan waktu yang bervariasi, tergantung seberapa besar kerja keras yang sudah dilakukan. Ketika kerja keras sudah dilakukan berkali–kali namun ternyata mengalami kegagalan, bukan berarti kita dijauhkan dari keberhasilan dan kesuksesan di masa depan. Justru, dari pengalaman ”gagal”, kita bisa mengetahui apa saja yang perlu diperbaiki untuk mencapai yang diinginkan. Selama masa–masa sulit, mungkin muncul pemikiran negatif dan putus asa. Namun, yang seharusnya kita lakukan adalah tetap percaya diri dan jangan sampai melepas mimpi.
Berawal dari mimpi, saat ini, ternyata saya benar–benar merasakan dan menjalani hidup di luar analisa logis. Melanjutkan studi sampai jenjang Ph.D di negara maju seperti USA, Inggris, Australia, Eropa, Jepang, dan Korea Selatan adalah mimpi saya. Setelah hampir 10 kali mendaftar full scholarship dalam rentang dua tahun, akhirnya hal tak terduga datang juga. Ternyata, keluh dan kesah yang dirasakan hampir setiap manusia bukanlah hal yang perlu diperhitungkan, tetapi hal yang memerlukan kesabaran. Ketika saya dengan sabar menunggu dan memegang erat sebuah mimpi, akhirnya saya mampu melewati sebuah masa yang dianggap sulit dan tidak mampu terlewati.
Perlu dipahami pula, bahwa Allah tidak pernah menguji seseorang di luar batas kemampuannya. Allah tidak akan menguji orang yang derajat dan kemampuannya rendah dengan ujian yang berat. Sebaliknya, Allah tak akan menguji orang yang derajatnya tinggi dengan ujian yang ringan.

“Allah tidak akan memberikan beban (taklif) kepada seseorang di luar batas kemampuannya.” (QS. Al Baqarah: 286)

Saya sangat terkejut dan bahagia tanpa batas melihat pengumuman aplikasi Master program yang saya ajukan dinyatakan diterima dan berlanjut dengan hasil ujian beasiswa yang dinyatakan lulus sebagai penerima beasiswa “MONBUKAGAKUSHO” dari Pemerintah Jepang. Sungguh detik–detik yang tidak akan pernah lenyap sampai hari tua nanti. Mimpi yang tertulis dalam selembar kertas dan tidak pernah tersembunyi dalam pikiran sekarang benar-benar menjadi kenyataan bagi saya yang mungkin belum bisa dipercaya sampai saat ini.
Beragam pertanyaan dari teman–teman di sekeliling saya hampir saya jawab dengan harapan bisa memberikan angin segar kepada mereka yang mau melanjutkan studi di Jepang tanpa memiliki keahlian bahasa Jepang, karena saat ini, ada sekitar 30 Universitas di Jepang yang melakukan internasionalisasi pendidikan, di antaranya dengan membuka program studi dalam bahasa Inggris seperti Waseda University.

“Berdasarkan pengalaman, saya mematahkan sebuah doktrin yang telah mengakar dalam pemikiran generasi muda Indonesia selama puluhan tahun bahwa belajar di Negeri Sakura harus bisa Bahasa Jepang. Sekarang, terbukti bahwa hal itu TIDAK BENAR.

Setelah bergerak satu langkah lebih maju dan tetap percaya diri, akhirnya saya pindah ke Jepang, tepatnya pada 9 September 2015. Saya belajar di salah satu Universitas di Jepang, yaitu Universitas Waseda di Tokyo, dengan program studi Master of International Relations kajian ASEAN. Belajar di lingkungan internasional hampir selalu penuh dengan tantangan setiap harinya, seperti harus membaca tulisan ilmiah dan membuat review jurnal sebelum mengikuti perkuliahan. Diskusi dan debat adalah hal yang menarik karena menambah wawasan baru dan membuka pemikiran lebih terbuka akan kemajuan dunia moderen saat ini. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan pernyataan sepihak untuk bisa lebih baik di masa depan, di antaranya melalui dunia pendidikan.

Oleh: Sigit Candra Wiranata Kusuma

No comments:

Post a Comment