Thursday, December 1, 2016

Mengenang Kembali Hari Pahlawan di Negeri Matahari

Berbicara tentang sejarah Indonesia, tentu tidak lepas dari periode penjajahan Jepang atas Indonesia pada tahun 1942-1945. Masa tersebut merupakan masa kelam dalam sejarah negara Indonesia, khususnya bagi para kakek dan nenek kita yang pada masa itu masih kecil dan mengalami teror penjajahan secara langsung. Seorang kakek yang masih merupakan kerabat saya bahkan masih bisa berkomunikasi dalam bahasa Jepang, karena pada masa itu pribumi wajib mempelajari bahasa jepang, bangsa yang menjuluki dirinya sebagai Cahaya Asia.

Oleh karena catatan sejarah kelam tersebut, saat memutuskan untuk masuk ke program studi Sastra Jepang, saya sempat bimbang akan reaksi nenek dan kakek saya. Akankah mereka menentang, atau bahkan terluka akan pilihan saya tersebut?. Begitu pula saat memutuskan untuk mengikuti program pertukaran di Universitas Waseda. Sempat muncul percikan kecil dalam keluarga. “Untuk apa pergi menuntut ilmu pada bangsa yang membuat leluhur kita dulu menderita?. Apakah saat belajar Sekolah Dasar tidak membaca buku sejarah, tentang bagaimana kejamnya tentara Jepang pada bangsa kita?”

Tanpa bermaksud mengecilkan perjuangan dan pengorbanan para pahlawan kemerdekaan Indonesia, saya mencoba mengubah sisi pandang tersebut. Perang adalah sesuatu yang mengerikan. Tidak peduli siapa yang benar, siapa yang salah, siapa yang menang, siapa yang kalah, pasti akan jatuh korban dari kedua belah pihak. Baik korban jiwa, korban materi, maupun kenangan buruk. Namun, pantaskah kita membalas kekejaman pada suatu bangsa akan suatu kejadian puluhan tahun yang lalu?. Baikkah jika kita bersikap sinis pada suatu generasi akan hal yang dilakukan nenek moyang mereka?.

Bagi saya, jawabannya adalah tidak. Memang perih mengingat pengorbanan seperti apa yang harus dilakukan oleh para pahlawan kemerdekaan kita dahulu, namun dari pada berpegang pada keperihan itu, bukankah lebih baik kita menunjukkan penghargaan kita pada mereka dengan mendidik diri demi memajukan bangsa yang telah susah payah mereka perjuangkan?.

Saat ini hampir 100 orang mahasiswa Indonesia belajar di Universitas Waseda dan akti mengikuti berbagai macam kegiatan dalam rangka membangun hubungan persahabatan Jepang dan Indonesia. Tentu saja tidak hanya di Waseda, namun juga di Universitas Rikkyo, Universitas Chiba, Universitas Kyoto, dan universitas lainnya, serta Sekolah bahasa yang tersebar di seluruh penjuru Jepang. Kegiatan pertukaran pelajar dan kebudayaan kerap diadakan sehingga hubungan persahabatan Indonesia dan Jepang perlahan-lahan terjalin dan ini merupakan bagian dari perjuangan para pahlawan yang memerdekakan bangsa kita sehingga bebas untuk pergi ke negara manapun, bekerja dan belajar dari bangsa manapun.

10 November sebagai hari Pahlawan tidak akan pernah punah dari hati, ingatan dan genggaman tangan generasi muda Indonesia, meskipun kami berada di belahan dunia, negara, dan kota yang jauh dari Bumi Pertiwi. Akan tetapi, semangat untuk membangun nasionalisme akan terus mengalir disetiap denyut nadi dan kemana kaki melangkah, sampai pada akhirnya Indonesia menjadi Bangsa yang beradab, aman, sejahtera dan menjadi tolak ukur bagi bangsa lain.

Gugur pahlawanku, tumbuh tunas bangsaku.



Ditulis oleh: Mutiara Rahmi Utami 
Exchange Student at Graduate School of Japanese Linguistic (GSJAL)

No comments:

Post a Comment